Minggu, Oktober 10, 2010

Duhai calon pendampingku


Assalammu’alaikum Wr… Wb…


Apa kabar calon istriku? Hope u well and do take care…
Allah selalu bersama kita


Ukhtiku…

Masihkah menungguku…?


Hm… menunggu, menanti atau whatever-lah yang sejenis dengan itu kata orang membosankan. Benarkah?!

Menunggu…

Hanya sedikit orang yang menganggapnya sebagai hal yang ‘istimewa’

Dan bagiku, menunggu adalah hal istimewa

Karena banyak manfaat yang bisa dikerjakan dan yang diperoleh dari menunggu

Membaca, menulis, diskusi ringan, atau hal lain yang bermanfaat

Menunggu bisa juga dimanfaatkan untuk mengagungkan-Nya,

melihat fenomena kehidupan di sekitar tempat menunggu,

atau sekadar merenungi kembali hal yang telah terlewati

Eits, bukan berarti melamun sampai angong alias ngayal dengan pikiran kosong

Karena itu justru berbahaya, bisa mengundang makhluk dari ‘dunia lain’ masuk ke jiwa


Banyak hal lain yang bisa kau lakukan saat menunggu

Percayalah bahwa tak selamanya sendiri itu perih

Ngejomblo itu nikmat. ^o^


Bahwa di masa penantian, kita sebenarnya bisa lebih produktif

Mumpung waktu kita masih banyak luang

Belum tersita dengan kehidupan rumah tangga

Jadi waktu kita untuk mencerahkan ummat lebih banyak

Karena permasalahan ummat saat ini pun makin banyak


Karenanya wahai bidadari dunia…

Maklumilah bila sampai saat ini aku belum datang

Bukan ku tak ingin, bukan ku tak mau, bukan ku menunda

Tapi persoalan yang mendera bangsa ini kian banyak dan kian rumit

Begitu banyak anak tak berdosa yang harus menderita karena busung lapar, kurang gizi, lumpuh layuh hingga muntaber

Belum lagi satu per satu kasus korupsi tingkat tinggi yang membuktikan bahwa negeri ini ’sarang tikus’

Ditambah lagi bencana demi bencana yang melanda negeri ini

Meski saat ini hidup untuk diri sendiri pun rasanya masih sulit

Namun seperti seorang ustadz pernah mengatakan bahwa hidup untuk orang lain adalah sebuah kemuliaan Memberi di saat kita sedang sangat kesusahan adalah pemberian terbaik

Bahwa kita belumlah hidup jika kita hanya hidup untuk diri sendiri


Ukhtiku…

Di mana pun engkau sekarang, janganlah gundah, janganlah gelisah

Telah kulihat wajahmu dan aku mengerti, betapa merindunya dirimu akan hadirnya diriku di dalam hari-harimu
Percayalah padaku aku pun rindu akan hadirmu

Aku akan datang, tapi mungkin tidak sekarang

Karena jalan ini masih panjang

Banyak hal yang menghadang

Hatiku pun melagu dalam nada angan

Seolah sedetik tiada tersisakan

Resah hati tak mampu kuhindarkan

Tentang sekelebat bayang, tentang sepenggal masa depan

Karang asaku tiada ‘kan terkikis dari panjang jalan perjuangan, hanya karena sebuah kegelisahan

Lebih baik mempersiapkan diri sebelum mengambil keputusan

Keputusan besar untuk datang kepadamu


Ukhtiku…

Jangan menangis, jangan bersedih, hapus keraguan di dalam hatimu

Percayalah pada-Nya, Yang Maha Pemberi Cinta,
bahwa ini hanya likuan hidup yang pasti berakhir
Yakinlah…saat itu pasti ‘kan tiba

Tak usah kau risau karena makin memudarnya kecantikanmu

Karena kecantikan hati dan iman yang dicari

Tak usah kau resah karena makin hilangnya aura keindahan luarmu
Karena aura keimananlah yang utama

Itulah auramu yang memancarkan cahaya syurga, merasuk dan menembus relung jiwa


Wahai perhiasan terindah…

Hidupmu jangan kau pertaruhkan, hanya karena kau lelah menunggu.

Apalagi hanya demi sebuah pernikahan.

Karena pernikahan tak dibangun dalam sesaat, tapi ia bisa hancur dalam sedetik.

Seperti Kota Iraq yang dibangun berpuluh tahun, tapi bisa hancur dalam waktu sekian hari.

Jangan pernah merasa, hidup ini tak adil

Kita tak akan pernah bisa mendapatkan semua yang kita inginkan dalam hidup

Pasrahkan inginmu sedalam qalbu, pada tahajjud malammu

Bariskan harapmu sepenuh rindumu, pada istikharah di shalat malammu

Pulanglah pada-Nya, ke dalam pelukan-Nya

Jika memang kau tak sempat bertemu diriku,
sungguh…itu karena dirimu begitu mulia, begitu suci
Dan kau terpilih menjadi Ainul Mardhiyah di jannah-Nya


Ukhtiku…
Skenario Allah adalah skenario terbaik

Dan itu pula yang telah Ia skenariokan untuk kita

Karena Ia sedang mempersiapkan kita untuk lebih matang,
merenda hari esok seperti yang kita harapkan nantinya
Untuk membangun kembali peradaban ideal seperti cita kita


Ukhtiku…

Ku tahu kau merinduiku, bersabarlah saat indah ‘kan menjelang jua

Saat kita akan disatukan dalam ikatan indah pernikahan

Apa kabarkah kau disana?

Lelahkah kau menungguku berkelana?

Lelahkah menungguku kau disana?

Bisa bertahankah kau disana?

Tetap bertahanlah kau disana…

Aku akan segera datang, sambutlah dengan senyum manismu

Bila waktu itu telah tiba,

kenakanlah mahkota itu,

kenakanlah gaun indah itu…

Masih banyak yang harus kucari, ‘tuk bahagiakan hidup kita nanti…


Ukhtiku…

Malam ini terasa panjang dengan air mata yang mengalir

Hatiku terasa kelu dengan derita yang mendera, kutahan derita malam ini sambil menghitung bintang

Cinta membuat hati terasa terpotong-potong

Jika di sana ada bintang yang menghilang, mataku berpendar mencari bintang yang datang

Kalau memang kau pilihkan aku, tunggu sampai aku datang…


Ku awali hariku dengan tasbih, tahmid dan shalawat

Dan mendo’akanmu agar kau selalu sehat, bahagia, dan mendapat yang terbaik dari-Nya

Aku tak pernah berharap, kau ‘kan merindukan keberadaanku yang menyedihkan ini

Hanya dengan rasa rinduku padamu, kupertahankan hidup

Maka hanya dengan mengikuti jejak-jejak hatimu, ada arti kutelusuri hidup ini

Mungkin kau tak pernah sadar betapa mudahnya kau ‘tuk dikagumi

Akulah orang yang ‘kan selalu mengagumi, mengawasi, menjaga dan mencintaimu


Ukhtiku…

Saat ini ku hanya bisa mengagumimu, hanya bisa merindukanmu

Dan tetaplah berharap, terus berharap

Berharap aku ‘kan segera datang

Jangan pernah berhenti berharap,

Karena harapan-harapanlah yang membuat kita tetap hidup


Bila kau jadi istriku kelak,
jangan pernah berhenti memilikiku dan mencintaiku hingga ujung waktu

Tunjukkan padaku kau ‘kan selalu mencintaiku

Hanya engkau yang aku harap

Telah lama kuharap hadirmu di sini

Meski sulit, harus kudapatkan

Jika tidak kudapat di dunia… ‘kan kukejar sang Ainul Mardhiyah yang menanti di surga


Ku akui cintaku tak hanya hinggap di satu tempat, aku takut mungkin diriku terlalu liar bagimu

Namun sejujurnya, semua itu hanyalah persinggahan egoku, pelarian perasaanku dan sikapmu telah meluluhkan jiwaku

Waktu pun terus berlalu dan aku kian mengerti…

Apa yang akan ku hadapi

Dan apa yang harus kucari dalam hidup

Kurangkai sebuah tulisan sederhana ini, untuk dirimu yang selalu bijaksana

Aku goreskan syair sederhana ini, untuk dirimu yang selalu mempesona

Memahamiku dan mencintaiku apa adanya

Semoga Allah kekalkan nikmat ini bagiku dan bagimu

Semoga…


Kau terindah di antara bunga yang pernah aku miliki dahulu

Kau teranggun di antara dewi yang pernah aku temui dahulu

Kau berikan tanda penuh arti yang tak bisa aku mengerti

Kau bentangkan jalan penuh duri yang tak bisa aku lewati

Begitu indah kau tercipta bagi Adam

Begitu anggun kau terlahir sebagai Hawa

Kau terindah yang pernah kukagumi meski tak bisa aku miliki

Kau teranggun yang pernah kutemui meski tak bisa aku miliki
Sumber:alfiyandi.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar