Kamis, Maret 07, 2013

Matahari Tidak Pernah Terbit dari Timur


28 Februari 2013. Ya, hari itu adalah hari Kamis. Saatnya saya mengikuti kuliah pertama saya dalam mata kuliah Kajian Kurikulum dan Bahan Ajar PKn, dalam mata kuliah ini saya kembali bertemu dosen yang paling kritis dan ngeselin sedunia ”ah yang bener..hehe”. Dosen yang cukup memutar otak saya dengan kajian Konferensi Meja Bundarnya, tentang kasus Sipadan Ligitan, tentang Tulisan Rifqi Muna “Dinamika Konsep Pertahanan Era Reformasi”, tentang  tulisan Daoed Joesoef “Geopolitik dan Geostrategi”, tentang LoI (Letter of Intens) IMF dan Indonesia, dan masih banyak lagi, yang mengajari saya untuk lebih berpikir kritis.
Kembali ke hari pertama saya mengikuti perkuliahan hari itu, pertemuan pertama ini beliau mencoba memaparkan kenapa kami (Calon guru PPKn) harus mempelajari Kajian Kurikulum dan Bahan Ajar PKn. Dikaitkan mulai dari kemampuan seorang guru yang harus mempunyai kompetensi profesional, kepribadian, pedagogik dan sosial. Selanjutnya bagian dari kompetensi profesional dan pedagogik, seorang guru harus bisa mengembangkan kurikulum, apalagi kurikulum semakin berkembang dari waktu ke waktu, agar seorang guru tidak monoton dan membosankan dalam menyampaikan materi dan tidak menjadi ceroboh dalam menyampaikan materi.

Di sela-sela beliau menyampaikan kajian, ada hal unik yang saya tangkap dalam perkuliahan saya waktu itu. Beliau bilang “Jadi guru itu jangan suka boong, jangan suka mengada-ada”. Selanjutnya beliau mencontohkan anaknya yang masih SD, ditanya gurunya begini “Anak-anak matahari terbit dari mana?”. Serentak anak-anak menjawab “Dari timur buu”, beliau menimpali begini “Logikanya dimana matahari terbit dari timur, wong matahari itu gak pernah tidak terbit kok, matahari itu terbit terus, buminya aja yang berputar”. Saya pikir benar juga ya, jika saya tak pernah mendengar ini, seterusnya juga saya akan bilang kalo matahari itu terbit dari timur, hehe.
Selanjutnya beliau menunjuk salah satu teman saya, dia ketua tingkat di kelas saya, lulusan pondok pesantren, asli orang Padang. Kemudian beliau menanyakan, “Mas Naser, apa bedanya norma hukum dan norma agama?”. Naser jawab “Bedanya terletak pada pembuatnya Pak, norma hukum dibuat oleh manusia, dan norma agama dibuat oleh Tuhan.” Bapak menimpali “Bagaimana kaitannya dengan sanksi?” “Oiya Pak, sanksi dalam norma hukum tegas dan bisa dikenakan langsung di dunia, sedangkan norma agama tidak pak, sanksi yang dikenakan pada pelanggarnya nanti di akhirat.” Begitu teman kami menjawab pertanyaan Bapak, saya pikir uda bener sih, tapi ternyata apa? Bapak bilang “Lho ini, yang bilang lulusan Pondok Pesantren, ngerti agama, yang ngajari dulu gurunya juga pasti bilang gitu, berarti gurunya salah juga ya bukan cuma si Naser, kok bisa norma agama nanti sanksinya bisa dikenakan di akhirat, padalah dalam Al Quran kan sudah dijelaskan, jika mencuri ya dipotong tangannya, itu kan di dunia bisa langsung dikenakan toh”. Langsung seisi kelas pada bengong, hahaha...kok bisa-bisanya ilmu yang kami pelajari sejak SD itu ternyata salah toh. Salah turun temurun, latah yang salah. Hehe..
Saya menjadi sadar, tugas berat menanti kami di depan sana. Dari kesalahan sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini. Menjadikan generasi yang pandai hanya dalam materi tapi sedikit diajarkan pandai dalam perilaku dan perasaan. Saya dan kawan-kawan mengajarkan tentang moral, hukum dan politik. Menjadikan manusia yang bermoral, taat hukum dan tidak acuh pada tanah kelahirannya. Tapi sebelum itu semua, biarlah saya dulu yang belajar tentang itu, agar saya bisa memberikan keteladanan untuk murid-murid saya kelak, karena keteladanan adalah kurikulum yang tersembunyi, yang menyatu dalam pribadi setiap manusia. Dan lagi saya akan tetap menjadi diri saya dengan meniru pemikiran dosen saya yang saya ceritakan diatas, Pak Machmud Al Rasyid, terima kasih Anda telah menginspirasi saya untuk menjadi lebih baik, menjadikan saya lebih luas dalam memandang setiap hal dan persoalan, dan melihat baru dalam hidup ini tanpa melupakan kesalahan masa lalu.
Mulai hari itu, saya semakin semangat untuk menambah ilmu saya yang sangat sempit ini, semangat diskusi dengan teman-teman, semangat dengan hari-hari baru selanjutnya, dan semakin semangat memperbaiki diri untuk dapat menyebarkan kebaikan dan kebenaran. ^^ (Ice Tea)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar